kemudian waktu laju
kesunyian beranak-pinak, sejumput rumput tumbuh
di luas laut, betapa keterasingan sepanjang padang air
jarimu yang kesetian jarum kompas, memburu
punjuru arah mata rumah; kemana mesti singgah
keyakinanmu pada aroma pintu
mengingatkanku pada ibu, saat-
saat setiap sebelum mengucap salam
diberi restu wewangian
untuk menciptakan ketuk, bunyi paling khidmat
yang dapat kuhirup dalam-dalam
tapi selalu, di muka pintu, tak ada sesiapa
berdiri mirip siapa pun, apalagi ibu
hari berlari, tahun berduyun
menyimpan kematian sebagai kado kejutan
hadiah yang tak banyak dinantikan
Riwayat penulis:
RUDY RAMDANI,
Lahir di Purwakerta, 23 Juni 1982, alumnus jurusan pandidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS Uneversitas pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Mantan ketua umum Komunitas Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS). Puisi-puisinya dipublikasikan di media local dan nasional. Dimuat juga dalam beberapa antologi puisi, antara lain Reminisensi Pada Mata Bocah (ASAS,2001), Lalu Badailah (Ruh Sajak,2004), dan Roh: Kumpulan Puisi Penyair Jawa Barat-Bali (Bakupop, 2005).
terima kasih untuk apresiasi kawan edsusto atas puisi saya. semoga dapat memberikan manfaat.
BalasHapusRudy Ramdani
www.rudyramdani.wordpress.com