08 Mei 2009

Engau dan Kabut

aku tak melihatmu, hanya kabut dan gumpalan awan
yang bergelayut. udara dingin ini , ternyata menyimpan api
di tubuhmu. aku ingin segera menciummu, mambuat
gelinjang-gelinjangkecil saat bibirmu kukulum. aku tahu
akan mendapatkan rasa belerang dari bibirmu
tapi aku tak peduli. rasa laparku akan terpental jauh
sehingga tak perlu lagi aku menghamba dalam mimpi

tapi aku tak melihatmu. terlalu luas danau batur bagi tubuhmu
yang kecil dan terlalu berlebihan bagi hamparan embun
aku cuma butuh selembar daun untuk menyimpan air mata
kerinduan ina. sebab perdu dan cemara yang berdiri tegak
sama berada di dalam dingin yang menyiksa. kekasih api
yang beranjak dari hasratku, tak bias meruntuhkan kabut
yang membungkus bayangmu. betapa tebal dingin di sini!


Riwayat Penulis:
ENDANG SUPRIADI, lahir 1 Agustus 1960. mulai menulis puisi dan cerita pendek sejak 1983. tulisannya tersebar di Suara Pembaruan, Suara Karya Minggu, Swadesi, Bisnis Indonesia, Pikiran Rakyat, Horison, Kompas, Koran Tempo, dan lain-lain. Beberapa kali memenagkan lomba penulisan puisi, baik yang diadakan di daerah maupun di Jakarta. Tiga cerpennya di jadikan sinetron:”Lelaki Itu Bernama Oding” (1991), “Sosok Bertopeng” (1992), dan “Protes” (1993). Juga menulis scenario sinetron antara lain Langkah-langkah dan Jendela Rumah Tetangga. Kumpulan puisinya, Tontonan Dalam Jam (1996). Sejumlah puisinya juga dimuat dalam beberapa antologi: Cerita Dari Hutan Bakau (1994), Sembilan Penyair Menatap Publik (1994), Antologi Puisi Batu I, Antologi Puisi Batu II, Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara I, Antologi Puisi Kebangkitan Nusantara II, Antologi Puisi Getar, Antologi Puisi Sahayun, Antologi Puisi Nuansa Hijau, Antologi Puisi Serayu, Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Antologi Puisi Indonesia (1997), Resonansi Indonesia (2000), Datang Dari Masa Depan (2000), dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar