26 Desember 2008

Anak Belajar dari Kehidupannya

Dorothy Law Nolte

1. Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
2. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
3. Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah
4. Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri
5. Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri
6. Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian
7. Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah
8. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
9. Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
10. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
11. Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai
12. Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
13. Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan
14. Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan
15. Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan
16. Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
17. Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
18. Jika anak dibesarkan dengan ketenteraman, ia belajar berdamai dengan pikiran


Tentang Taufiq Ismail - 2

KETIKA INDONESIA DIHORMATI DUNIA
Taufiq Ismail

Dengan rasa rindu kukenang pemilihan umum setengah abad yang lalu
Dengan rasa kangen pemilihan umum pertama itu kucatat
Peristiwa itu berlangsung tepatnya di tahun lima puluh lima
Ketika itu sebagai bangsa kita baru sepuluh tahun merdeka

Itulah pemilihan umum yang paling indah dalam sejarah bangsa
Pemilihan umum pertama, yang sangat bersih dalam sejarah kita
Waktu itu tak dikenal singkatan jurdil, istilah jujur dan adil
Jujur dan adil tak diucapkan, jujur dan adil cuma dilaksanakan
Waktu itu tak dikenal istilah pesta demokrasi

Pesta demokrasi tak diucapkan, pesta demokrasi cuma dilaksanakan
Pesta yang bermakna kegembiraan bersama

Demokrasi yang berarti menghargai pendapat yang berbeda

Pada waktu itu tidak ada satu nyawa melayang
Pada waktu itu tidak ada darah ditumpahkan
Pada waktu itu tidak terbakar sebuah pun bangunan
Pada waktu itu tidak ada suap-menyuap, tak terdengar sogok-sogokan
Pada waktu itu dalam penghitungan suara, tak ada kecurangan

Itulah masa, ketika Indonesia dihormati dunia
Sebagai pribadi, wajah kita simpatik berhias senyuman
Sebagai bangsa, kita dikenal santun dan sopan
Sebagai masa kita jauh dari keberingasan, jauh dari keganasan


Enam belas tahun kemudian, dalam tujuh pemilu berurutan

Untuk sejumlah kursi, 50 kali 50 sentimeter persegi dalam ukuran
Rakyat dihasut untuk berteriak, bendera partai mereka dikibarkan
Rasa bersaing yang sehat berubah jadi rasa dendam dikobarkan
Kemudian diacungkan tinju, naiklah darah, lalu berkelahi dan berbunuhan
Anak bangsa tewas ratusan, mobil dan bangunan dibakar puluhan
Antara rasa rindu dan malu puisi ini kutuliskan
Rindu pada pemilu yang bersih dan indah, pernah kurasakan
Malu pada diri sendiri, tak mampu mengubah perilaku bangsaku





TAKUT ’66, TAKUT ‘98
Taufiq Ismail

Mahasiswa takut pada dosen
Dosen takut pada dekan
Dekan takut pada rektor
Rektor takut pada menteri
Menteri takut pada presiden
Presiden takut pada mahasiswa





BAYI LAHIR BULAN MEI 1998
Taufiq Ismail

Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tangga
Suaranya keras, menangis berhiba-hiba
Begitu lahir ditating tangan bidannya
Belum kering darah dan air ketubannya
Langsung dia memikul hutang di bahunya
Rupiah sepuluh juta

Kalau dia jadi petani di desa
Dia akan mensubsidi harga beras orang kota
Kalau dia jadi orang kota
Dia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya
Kalau dia bayar pajak
Pajak itu mungkin jadi peluru runcing
Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing

Cobalah nasehati bayi ini dengan penataran juga
Mulutmu belum selesai bicara
Kau pasti dikencinginya


24 Desember 2008

Tentang Taufiq Ismail - 1

Krismansyah Rahadi (1949-2007)

KETIKA MULUT TAK LAGI BERKATA
Taufiq Ismail

Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, “Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah abang tolong tuliskan liriknya?” Karena Saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi yang relijius.

Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, “Chris, maaf ya, macet. Sori.” Saya akan kembalikan pita rekaman itu.

Saya mempunyai kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65, yang berbunyi, A’udzubillahi minasy syaithanir rajiim, “Alyauma nakhtimu ‘alaa afwahihim, wa tukallimuna aidihim, wa tasyhadu arjuluhum bima kaana yaksibuun,” saya berhenti. Maknanya, “Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.” Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagu tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik tersebut selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon, “Chris, alhamdulillah selesai,” Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris, Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye – Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye : Lirik yang dibuat Taufik Ismail adalah satu-satunya lirik terdahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan seluruh tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik tersebut. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan. Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respon saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu.
Taufik memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq, dan menceritakan kesulitan saya.

Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65 …, kata Taufiq. Saya menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.

Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang karier saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!

Butuh kekuatan untuk menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya.

Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang. Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi bila Anda sekarang mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang. Jangankan menyanyikan lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari.

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.

KETIKA TANGAN DAN KAKI BERKATA

Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu
Yang hina

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan airmatanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak.

Mengenai menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikan dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitifnya dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.


***

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk liik tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. “Kenapa, bang, kurang?” Saya katakan, bukan itu soalnya. “Jadi kenapa?” Saya jelaskan bahwa sebenarnya saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan itu. Saya Cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surat Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan merasa bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya. Kami berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya, Chrisye menemukan jalan keluar. “Begini saja bang. Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun pada Allah. Tuhan Maha Pngampun, kan?
Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.


***

Pada subuh hari Jumat, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi lengendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih masuk keluar rumah sakit, termasuk berobat ke Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan istri, Yanti dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha, dan Masha, 9 album proyek, 4 album soundtrack, 20 album solo, dan 2 filem.
Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin.


***

DARI SAHABAT UNTUK CHRISYE
Taufiq Ismail

Suaramu yang begitu syahdu dan merdu
Telah lebih dari 30 tahun merasuk kalbu
Mulai usia remaja, dewasa sampai berangkat tua
Kau sampaikan kepada kami berjuta getaran nada
Melalui instrument meneruskan indahnya bunyi

Terima kasih Chrisye, maestro santun si lembut hati
Untuk sebuah bangsa engkau telah menyanyi
Yang suka dukanya kau suarakan dengan merdu sekali
Kini engkau pergi, betapa sedih istri anak dan sahabat
Semoga engkau tenang di akhirat mendapat istirahat
Di Raudhatul Jannah, disambut lagu merdu para malaikat

“Disadur dari Majalah Horison – Edisi V, 2007”

16 Desember 2008

Seni 3




TANAH LIAT MARTABATKU

Tanah liat hitam pekat itulah yang semula menggodaku
Bagi orang lain barangkali tak ada arti
Tapi tidak bagi diriku
Tanah liat hitam pekat itulah yang menggerakkan tanganku membasuh,
menyentuh, mengajakku berdialog dalam ruang kreativitas tanpa batas

Tanah liat hitam pekat itulah yang kemudian
mengajakku berjabat kian akrab
Mengajakku bersahabat kian dekat. Lantas menyulut
jari jemariku mengolah dengan lekuk dan geliat, 
bersama kelembutan matabatin estetika seni
yang kemudian melahirkan karya artistik seni

Tanah liat hitam pekat itulah yang tak pernah merasa pongah,
apalagi serakah. Diam, menyimpan keindahan beragam.
tenang, setenang cendawan.

Tanah hitam pekat itulah matabatinku, yang telah mengusung mimpi,
imaji dan segudang anganku melambung tinggi,
lahir menjadi karya artistik seni

Tanah liat, matabatinku
Tanah liat, sahabatku
Tanah liat, duniaku
Tanah liat, cintaku
Tanah liat karya seniku

Pribadi Agus Santosa


Seni 2





Seni Lukis Religius

Anak-anak kecil itu bermain diantara terangnya rembulan mereka bagai melihat sesuatu dalam nafas kehidupan alam semesta, gambaran itu mungkin bisa dilihat dalam karya-karya almarhum pelukis Amang Rahman. Sesuatu yang diburu anak-anak menandakan alam semesta memiliki kebesaran. Ada spirit religius yang dihadirkan pelukisnya. Warna-warna yang dihasilkan mampu memberikan tafsiran tersendiri bagi yang melihatnya, begitupula dengan objek-objek yang hadir membangun suasana tanpa penuh dengan keheningan.

Fenomena perkembangan seni rupa yang berorientasi pada sesuatu yang memberikan sentuhan religius semakin lama-lama tertinggalkan. Kini para perupa muda lebih senang menggeluti seni rupa yang berbau kontemporer (kekinian), sesuatu yang bersifat sejaman dengan apa yang sedang terjadi dalam wilayah keberadaannya. Kesadaran untuk menengok kembali wilayah mereka yang berada dalam wilayah ketimuran yang penuh dengan nilai-nilai religius semakin dijauhi. Ini pertanda ingatan kita akan manusia timur semakin berkurang dan berganti dengan ingatan kebarat-baratan.

Dalam ranah seni rupa religius ketimuran kita akan bisa berbicara dalam corong kebudayaan karena di dalamnya terkandung makna-makna bisa memberikan suatu kedamaian tersendiri, contohnya lukisan kaca dengan figure semar yang badannya dibentuk dari kaligrafi arab, lukisan kaca denganseekor hewan terbang menuju langit. Hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam semesta digambarkan dengan suasana religius dan penuh dengan seni rupa kelokalan.

Dalam pameran seni lukis religius ini kita akan bisa merefleksikan keberadaan budaya kita yang dihasilkan dari tangan-tangan kreatif setiap pelukisnya. Semoga!

15 Desember 2008

Seni 1






PAMERAN SENI RUPA STKW SURABAYA
6-11 Desember 2008
Taman Budaya Jawa Timur
Jl. Gentengkali 85 Surabaya

Pameran seni rupa para dosen dan mahasiswa jurusan seni rupa adalah representasi dari output silabus pengajaran, artinya karya yang dipaparkan merupakan parameter hasil pengajaran tentang , ketrampilan skill-memproduksi karya seni rupa, referensi visual, wawasan, spirit, dan life skill yang dapat menjadi etos kerja dalam pilihan survival hidup. Maka pameran seni rupa para dosen dan mahasiswa jurusan seni rupa bukanlah hanya menjadi ‘bacaan’ visual ketrampilan dan referensi ‘klasik’ berseni rupa, tapi adalah paparan ‘siapa’ saja dan ‘apa’ saja yang dilakukan para mahasiswa dan dosen selama ini dalam ‘menghidupi’ spirit berkarya seni rupa-nya.

Substansi silabus yang terepresentasikan dalam pameran ini adalah bahwa dengan pengajaran elementer latihan ketrampilan tangan dan cita rasa artistik membuat goresan garis untuk sketsa, gambar bentuk, olahan teori warna dalam desain elementer, kesadaran dan kepekaan ruang tiga dimensi dengan desain tri matra, ketrampilan patung, gerabah, keramik, referensi sosiologi, sejarah seni rupa, estetika, adalah menjadi bekal dan modal bagi seorang pekerja seni rupa yang paling tidak bisa disebut ‘akademis’

Berseni rupa bagi seorang ‘akademisi’ adalah berdasarkan mandat tri dharma perguruan tinggi : penelitian, penalaran-pengembangan, dan pengabdian. Kerja ‘seniman-akademisi’ adalah bagai yang dikerjakan oleh seniman kontemporer Cina : Cai Gou Qiang dengan berawal dari studi intensif tentang substansi budaya Cina yaitu ritual naga dan budaya petasan, dibuatnya kontur di atas panel, liukan tubuh naga dengan taburan bubuk petasan. Hasil representasi karyanya, progress lari nyala petasan mengikuti liukan kontur tubuh naga, meninggalkan asap membubung membentuk imaji naga raksasa terbang. Penemuan kerja artistik-substansial estetis ini oleh Qiang kemudian diekspos dalam garapan ’Dragon Sight Sees Vienna’ Project for Extraterrestrial No.32, 1999, proyek instalasi di Vienna, Austria, dengan skala gigantik menggunakan 4 tiang traktor derek konstruksi bangunan sebagai penyangga alur kabel kontur liukan naga. Bayangkan saja begitu efek pendaran cahaya dinyalakan, apa yang kita lihat, sungguh sensasi visual yang dahsyat. Cai Gou Qiang lahir 1957 di Quanzhou City, China, adalah aktifis Tian An Mien yang migrasi dan tinggal di New York, USA dan Tokyo, Japan. Sosoknya sederhana, penampilannya seperti penjual kain di kebanyakan toko.

Spirit seperti Cai dengan penelitian, eksplorasi intensif, pengembangan seperti yang dilakukan oleh para perupa kontemporer Asia seperti Xu-Bing dengan abjad Cina, Lee Wen dengan performance tubuh kuningnya, Shigeo Toya eksplorasi tekstur kayu, Wenda Gu studi rambut, adalah hendaknya menjadi ‘magma’ bagi kerja-kerja ‘seniman’ akademisi, apakah dalam kesehariannya dia seorang guru SD, SMP, SMU atau menjadi apa saja.

Sokongan pengayaan dimensi artistik-estetik di ruang kehidupan sosial-ekonomi-politik yang gamang di jaman Lumpur Lapindo inilah yang menjadi peran nyata dari program pengajaran seni rupa STKW. Selamat berpameran.

Moelyono perupa, pekerja ngo.
Staf Pengajar STKW Surabaya


PERUPA YANG BERPAMERAN

MufI MubarocH, SigiT TamtomO, M.RizkY, Agung TattO, DidieT, M.HerrY HidayaT, NuR HidayaT, HarI PrajitnO, SatumaN, HerrI GothiK, WahiB HasbullaH, BudI HartonO, A.FathonI, PurwantO, AsngarI, RuwaidA UA, TotO ImansyaH, SyamsuL ArifiN, AhmaD, A.LutfI, AguS UciL, CandrA SeptiadI, JiyU, DodiK SubagyO, AguS KoecinK, ArieF “KopraL’ WibowO, BudI SantosO, RickY SugiartO, WidodO BasukI, BarA WijayA, JunaedI JF, YektI HerlinA, AnggarA BolD, YopI CayO B, MusfiquR RahmaN, SofiE, AgaM, AriS PP, LukmaN, NuR AlI, KosiM, M.AriF LondO, AguS GibaS, JamraN, EkO UcuP, JennY LeE, AndI NursyamsI, IdA SulistyawatI, BambanG BoleT, AsmuliawaN, TotoK PriyoleksonO.

13 Desember 2008

Haa

hahahhahahahaha
aku
berhasil